Mengkritisi Pendidikan Formal Untuk Memformulasikan Alasan
Dasar Pendidikan Sesungguhnya
“ ketika sekolah hanya menjadi sebuah ladang cuci otak, ketika guru tak mampu lagi mentransformasi ilmu dan hanya berkutat pada kurikulum baku dan nafsu memperkaya diri dengan menjadikan siswanya sapi perahan untuk merenggut fisik, otak, dan ekonominya, maka apakah sebenarnya arti pendidikan itu???”
Kita sedih dengan para nasib guru dalam corak-corak pendidikan masa kini. Dia diasingkan ke pemenjaraan yang paling buruk. Dalam sebuah konspirasi intitusi yaitu “Pendidikan”. Dia dihancurkan agar yang lain bisa hidup. Yaa “Pemerintah” merupakan sosok tiran yang merusak segalanya….namun disni kami sebagai kapasitas seorang “PELAJAR”. Disini bisa dikatakan kami “PELAJAR’ menjadi Victim/Korban dari pada institusi yang penuh konspirasi di era modern ini atau yang lebih akrab dikenal dengan “PENDIDIKAN”… saat ini metode yang ampuh digunakan yaitu metode tiran dan otoritarian untuk mendidik muridnya.. dia merusak kesenangan-kesenangan siswa-siswanya. Dia memantau ketidakberesan dan kesalahan kami. Dia terbiasa mendikte dan mengecam. Dia adalah sang pesuruh untuk menghukum kebodohan kita kaum “PELAJAR”. Dilain sisi guru berdemo untuk menuntut kenaikan gaji dan pencairan 20% dana pendidikan dari pemerintah yang notabene wujud dari penindas, maka siswa yang tidak tahu menahu dan ingin tahu dari apa yang tidak siswa tahu telah menjadi KORBAN,maka apakah ini sebenarnya arti pendidikan itu?
Kami menulis ini bukan tanpa sebab atau alsan malahan karena kami sudah begitu sedih, ternyata manusia ang seharusnya bisa hidup bebas sesuai dengan keinginan-keinginannya malahan harus terkooptasi dalam sebuah belenggu kehidupan yang namanya PENDIDIKAN, walaupun ini sebuah pemikiran yang kolot tapi kami hanya ingin sebuah pemaknaan yang lain dari lingkaran pendidikan itu sendiri.
Pendidikan atau orang lebih menyamakan dengan pengajaran, sejarahnya dimulai ketika manusia itu merasa ingin tahu, apa dan mengapa diri dia hidup dan menempati dataran bundar yang sekarang orang menyebutnya bumi, yang selanjutnya pada masa manusia sudah beranak pinak dan mengurusi kelompok semakin sulit maka mulailah sejarah sekolah muncul. Menurut sejarah manusia, sekolah ini muncul pada zaman Yunani Kuno saat Plato dan Aristoteles mendirikan Academia, dimana siswa-siswa didiknya diajarkan dalam sebuah ruangan (yang perlu dicatat adalah dalam menempuh pendidikan tersebut siswa itu sendiri tidaklah dipaksa atau disuruh untuk masuk Academia, tetapi atas keinginan dari siswa itu sendiri dan lagi-lagi sifatnya hanya untuk membantu para siswanya tahu apa yang mereka ingin tahu) motifnya untuk mengungkapkan sendiri kondisi yang murni dan sejati dari seorang makhluk rasional yaitu siswa itu sendiri serta dengan berbagai praktek yang niscaya memperkuat penilaian sehingga mengangkat siswa dengan suatu rasa kemandirian yang nantinya menyebabkan siswa bisa berdiri diatas kaki sendiri, dan merupakan satu-satunya metode yang dengan itu orang bisa dibuat benar-benar menjadi seorang individu, makhluk, bukan dari keyakinan yang implisit, melainkan dari pemahamnya sendiri…..zaman berganti zaman, periode berganti periode dan wajah pendidikan yang cantik dengan segala tujuannya yang mulia itu sedikit demi sedikit mulai berubah rupa. Berawal dari era penjajahan, dimana pendidikan saat itu bersifat Otoritarian atau kebebasan hati nurani tidak lagi dibutuhkan sampai saat ini era modern wajah pendidikan menjadi buruk rupa…mengapa?? Karena pendidikan hanya berfungsi sebagai lahan doktrinisasi dari penguasa untuk semakin menancapkan kekuasaannya.
Okelahh itu sebuah asumsi yang bisa ditepis oleh pihak2 terkait namun kami punya contoh yang relevan tentang wajah buruk pendidikan yang sangat membingungkan siswa-siswa yang mendalaminya. Mulai dari mata pelajaran yang harus diterima entah dia suka atau tidak suka harus diterima sampai pada kurikulum yang menyesatkan dimana siswa dipaksa untuk selalu sukses dalam mencapai suatu adat turun temurun yang didoktrin oleh pemerintah yang sering disebuat dengan Ujian Nasional..Nah itulah yang selama ini menggangggu kami berdua yang mewakili teman2 sependeritaan kami memuntahkan tulisan ini, ternyata pendidikan saat ini benar-benar mau mencetak robot, bukan manusia yang manusiawi ( mungkin bisa dirasakan, banyak ahli Sarjana yang nganggurrr, atau seseorang dari SD sampai sekolah diperguruan tinggi, ujung-ujungnya hanyalah jadi budak corporat atau lebih lembutnya mengabdi pada institusi2 yang penuh konspirasi, dimana ketika kita bekerja kebebasan dan kemandirian akan selalu terkalahkan ). Aku pernah membaca dari sosiolog Ivan Liich bahwa “ Semua bentuk sekolah diberbagai Negara saat ini telah terjebak pada kebutuhan formal sekolah. Implikasinya adalah melahirkan suatu corak pendidikan yang sekedar menjadi agen reproduksi sistem dan struktur sosial yang tidak adil seperti relasi gender, relasi rasisme, dan sistem relasi kekuasaan.”
Oh Pendidikan Sampai Disinakah Riwatjatmoeee Kini!!!!!
Menilik dari tesis Kami yang kemudian dianti tesis yang melahirkan sebuah sintesis kami berkesimpulan bahwa Pendidikan adalah sebuah proses transformasi ilmu-ilmu yang dilakukan oleh seseorang ke seseorang yang lain dengan dasar sama-sama membutuhkan, artinya pendidikan itu adalah kebutuhan, bukan paksaan jadi saat butuh pengetahuan maka dimulailah pendidikan itu. Selain itu aku (penulis) juga pernah membaca asumsi dari Pulo Freire dalam bukunya “Pedagogik of the Opresed” yang menyimpulkan bahwa “pendidikan haruslah berorientasi pada konsepsi dasar memanusiakan kembali manusia yang telah mengalami dehumanisasi akibat sistem dan struktur sosial yang menindas”..
Baiklah sampailah kami pada kesimpulan yang seharusnya kita renungkan bersama tentang alas an dasar pendidikan sesungguhnya itu apa? Menurut kami di era yang serba modern ini , dimana segala macam kebutuhan manusia dapat terpenuhi maka mulailah untuk meluruskan kembali arti pendidikan yang sebenar – benarnya, dengan berlandaskan atas Kebebasan dan Pengetahuan. Karena Pendidikan adalah bahasa kebenaran dan nalar, dan tak usah khawatir akan hasilnya. Oleh karena itu Kami berdua menghimbau kepada teman2 sejalan tunjukkanlah bahwa apa yang kita rekomendasikan itu berharga dan dikehendaki, dan tak usah cemaskan apapun melainkan dia akan menghendakinya. Karena tujuan sebenarnya dari pendidikan bukanlah untuk membuat siswa hanya menjadi duplikat pengajarnya, maka justru harus disambut dengan suka cita , tak usah diratapi, bahwa beragam bacaan akan membawa kita kepada latihan-latihan pemikiran baru….dan PESAN untuk Subyek yang mungkin dirugikan dengan tulisan ini yang semoga saja tidakk yaitu apabila kalian / penjenengan menginginkan anak-anak didik kalian untuk terang dan tulus dalam perilaku atau bertutur kata, kami semua mengharap kalian semua harus menjaga agar keterus-terangan dan ketulusan tidak menjadi sumber keburukan bagi kami. PENGHUKUMAN tidak akan membuat kami jera bahkan itu tidak akan mendapat tempat dalam sebuah sistem pendidikan yang benar2 bagus, bahkan raut marah dan kata-kata omelan akan sepenuhnya dijauhkan. Sempatkanlah kita duduk berdiskusi bersama, berdiri sama tinggi,duduk sama rata…itu akan lebih baek…
Akhirnya kami berdua dan teman2 sepaham sadar, kami bukanlah seorang Profesor ataupun lebih unggul dari pada seorang Guru yang penuh tanda jasa melainkan kami sadar akan kapasitas kami menjadi seorang PELAJAR yang hanya ingin menulisss…memang tulisan kami berdua belum usai dan memang ini tidak boleh usai …akhir yang bukanlah akhir…karena kami berdua ingin sekali terus berkarya ……selamat direnungkan dan didiskusikan…kami berdua menunggu Respon dari semua fihak…sebagai penutup ijinkan kami berdua untuk ungkapkan :
“kebebasan kami untuk berkarya akan terus muncul seiring permasalahan yang datang
Pada kami tapi kami akan menghancurkan cemoohan dan menyelesaikan permaslahan itu meski kami harus tertatih tatih untuk melawannya….kami akan melawan batas karena kami yakin semangat jiwa muda kami akan mendampingi itu semua”
Indra Kurniawan & Kuncoro Tegas Kalbudi
Class XII Social 2 dan Social 3
02 – 02- 2010 at 5 : 41 PM
Ditemani lagu “MARJINAL” pembusukan moralitas,
koruptor,aku mau sekolah gratis
“Anti Dollar” indonesiaku gag maju-maju
dan “Sosial-sosial” Kebodohan
“BUNGA HITAM” Pendidikan Tanpa Batas
dan lagu-lagu Chaos lainnya….
Rujukan : “Print Out Zine #16” media propaganda kaum urban
Indra Sahabat Eidelweis
Jumat, 29 November 2013
Rabu, 14 Maret 2012
Filsafat Pra Sokrates
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jikalau seseorang membaca suatu buku
filsafat ilmu pengetahuan, maka substansi yang ingin dipahami adalah apa
pengertian ilmu pengetahuan, atau secara sederhana apa yang dimaksud dengan
hakikat ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan manusia, tanpa kita sadari telah melakukan proses berfikir dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia itu sendiri, karena manusia
selalu ingin tahu dan mencari jawaban atas masalahnya. Filsafat itu sendiri
adalah sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang Tuhan, alam dan manusia.
Descartes (1590 –1650). Pentingnya filsafat dalam kehidupan manusia
bertujuan untuk mengembalikan nilai luhur suatu ilmu agar tidak menjadi
boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Kajian filsafat terdiri dari
Ontologi, Epistemilogy, dan Aksiology; Ontology merupakan salah satu dari obyek
garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat
realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun
metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah) selain itu Ontology merupakan hakikat ilmu itu
sendiri dan apa hakikat kebenaran serta kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah tidak terlepas dari persepektif filsafat tentang apa dan
bagaimana yang ada.
Epistemology merupakan cabang dari
filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat,
tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan
manusia dan epistemology juga mencakup satu bidang saja yang disebut
epistemologi, yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat, dan ini
berlaku bagi setiap cabang filsafat.
Sedangkan aksiologi hanya mencakup
satu cabang filsafat yaitu aksiologi, yang membicarakan guna pengetahuan
filsafat, dan ini berlaku bagi semua cabang filsafat. Pembahasan yang akan
dikaji dalam makalah ini adalah ontology yaitu salah satu factor penting dalam
filsafat
B. Sejarah
Lahirnya Filsafat
Sejarah awal munculnya pemikira filsafat tidak bisa dilepaskan dengan kebudayaan dan peradaban Yunani. Dinegara itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Peradaba Unani bisa dikatakan sukses menginspirasi peradaban lain untu merebut peran perubahan ke arah gerakan pencerahan dan membangun peradaban yang agung dan luhur. Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang peristiwa unik dan ajaib. Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer. Di era filsafat klasik, pemikiran filsafat dibagi menjadi dua zaman yakni: pra-socrates dan zaman keemasan.[1]
a. Pra-Socrates: Filsafat Alam
Pemikiran filsafat Yunani awal sering disebut sebagai flsafat alam. Tipe filsafat alam ini disebut sebagai filsafat pra-socrates. Sebab, karakter pemikiran filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat zaman socrates dan berikutnya.
Sejarah awal munculnya pemikira filsafat tidak bisa dilepaskan dengan kebudayaan dan peradaban Yunani. Dinegara itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Peradaba Unani bisa dikatakan sukses menginspirasi peradaban lain untu merebut peran perubahan ke arah gerakan pencerahan dan membangun peradaban yang agung dan luhur. Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang peristiwa unik dan ajaib. Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer. Di era filsafat klasik, pemikiran filsafat dibagi menjadi dua zaman yakni: pra-socrates dan zaman keemasan.[1]
a. Pra-Socrates: Filsafat Alam
Pemikiran filsafat Yunani awal sering disebut sebagai flsafat alam. Tipe filsafat alam ini disebut sebagai filsafat pra-socrates. Sebab, karakter pemikiran filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat zaman socrates dan berikutnya.
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah
filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunan dikuasai cara
berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap
sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan
gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio
manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana
(dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi
gelar ‘filsuf yang pertama’. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai
ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan
Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.[2]
Thales tidak meninggalkan
bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama
didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles
mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal
mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai
perintis filsafat alam (natural philosophy).
Thales (624-546 SM)
lahir di kota Miletos yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di
Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk
mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu
merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para
filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini. Thales
adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales
mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur
piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya
kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail
memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM.
Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan
astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Di
dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari
Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi
dua belas kota Iona.
Pemikiran Filsafat Thales:
a. Air sebagai Prinsip
Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip
dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala
sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan
daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk,
bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk
hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan
gas) tanpa menjadi berkurang.
b. Pandangan
tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa
segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam
benda hidup tetapi juga benda mati.Teori tentang materi yang berjiwa ini
disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang
dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
c. Pandangan Politik
Berdasarkan catatan
Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang
sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6
SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan
administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh
Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat
dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan
demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi
d. Teorema Thales
Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan
apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah
pikiran aslinya. Teorema Thales berisi sebagai berikut:
Jika AC adalah sebuah diameter, maka
sudut B adalah selalu sudut siku-siku
Teorema Thales :
·
1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh
diameternya.
·
2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga
samakaki adalah sama besar.
·
3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka
besar kedua sudut yang saling berlawanan akan sama.
·
4. Sudut yang terdapat di dalam setengah
lingkaran adalah sudut siku-siku.
·
5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian
dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut
telah ditentukan.
Anaximandros adalah murid Thales.
Masa hidupnya disebut orang dari Tahun 610 – 547 sebelum Masehi. Ia lima belas
tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai
seorang filosof ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan
ahli ilmu bumi. Ia konon adalah orang pertama yang membuat peta.
Pemikiran Anaximandros :
a.
Filsafat :
Anaximandros mengatakan
bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap
semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup
berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan manusia pertama
tumbuh dalam perut ikan.[3]
b.
Bidang Astronomi
Menurutnya, dunia kita
terletak di tengah- tengah alam semesta ini: berbentuk seperti silinder, di
sekitarnya ada lingkaran- lingkarang cincin (berwujud seperti selang) yang
penuh berisi api, dan selang- selang itu berlobang-lobang. Lewat lobang inilah
kita bisa melihat api di dalam cincin-cincin tersebut. Itu makanya,
bintang-bintang, bulan, matahari adalah “lobang lewat mana” kita bisa
mengetahui adanya cincin-cincin di langit itu. Yang terpenting dari sistem yang
diajukan Anaximandros ini adalah simetri yang ia ajukan: meskipun fenomen di
langit tampak tak beraturan, ia menemukan adanya keteraturan. Dan lebih dari
itu, simetri itu mengijinkan dirinya menyatakan bahwa dunia kita “tidak
bergerak”.
Anaximandros berpendapat
bahwa bumi kita tepat berada di tengah-tengah sehingga tidak ada satu alasanpun
untuk menjelaskan mengapa ia bergerak ke satu titik daripada titik lainnya.
Sama seperti seekor keledai yang berada di antara 2 gundukan jerami di arah
berlawanan dengan jarak yang sama, ia akan berhenti, dan mati kelaparan karena
tidak pernah memilih arah mana yang mau diambil.
Kematian keledai dan
immobilitas bumi kita diterangkan dengan sebuah prinsip yang sekarang kita
kenal sebagai prinsip kecukupan rasio (principe of sufficient
reason) :
- Jika tidak ada alasan
bahwa X muncul (terjadi) daripada Y (jika tidak ada alasan aku mengambil jalan
lurus atau mengambil putaran di depan)
- Jika tidak mungkin
bahwa X dan Y muncul (terjadi) bersama-sama (jika tidak mungkin untuk berjalan
lurus dan berbelok sekaligus)
- Maka kesimpulannya:
baik X maupun Y tidak ada (maka aku tdk jalan lurus dan tidak berbelok, aku
diam!)
Prinsip abstrak ini yang
kemudian diterapkan Anaximandros kepada astronomi untuk mengatakan bahwa bumi
kita diam.
c.
Asal Mula Manusia
Anaximandros mengatakan
bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Orang
sering mengatakan bahwa Anaximandros menjadi pendahulu teori evolusi
spesies-spesies . Berhadapan dengan ragam kehidupan di dunia, ia mencoba
mencari dari mana asal-usul semuanya, dan terutama dari mana manusia muncul.
Barangkali, karena pengaruh gurunya, Thales, yang mengusulkan physis air
sebagai dasar kehidupan, ia lalu mengusulkan bahwa asal-usul mereka adalah
daerah lembab . Lalu bagaimana bisa muncul kuda, kambing, yang
semuanya tidak terlalu dekat hidupnya dengan hal-hal lembab ? Maka
dibuatlah spekulasi bahwa dulu-dulunya semua berasal dari ikan atau semacam ikan
yang dilindungi oleh cangkang. Kemudian tentang manusia, manusia adalah
satu-satunya binatang yang menyusui dalam periode lama untuk akhirnya bisa
makan sendiri. Jika demikian, maka manusia pertama pasti tidak demikian, karena
jika begitu ia akan cepat mati. Maka diusulkan bahwa manusia pertama dikandung
cukup lama dalam binantang semacam ikan, sampai kemudian keluar darinya. Dan
baru setelah itu ia bisa berkembang biak sendiri.[4]
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama
seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan
kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di
dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai
anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan
pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia
berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche)
segala sesuatu.
Tentang
riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui. Anaximenes mulai
terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar
tahun 528/526 SM. Ia diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu
buku, dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
Pemikiran Filsafat
Anaximanes :
a.
Filsafat
Anaximanes berpendapat, bumi (yang
berupa meja bundar) melayang di atas udara. Demikian pula matahari, bulan, dan
bintang-bintang, laksana sehelai daun. Badan-badan jagat raya itu tidak
terbenam di bawah buni, tetapi mengelilingi bumi yang datar itu. Matahari
lenyap pada waktu malam, karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.[5]
Salah satu kesulitan untuk menerima
filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana
menjelaskan hubungan saling mempengaruhi antara yang metafisik dengan yang
fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang
metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang
bersifat fisik yakni udara. Tidak seperti air yang tidak terdapat
di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua
hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu,
Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara
adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan
muncul sebagai bentuk lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan
prinsip “pemadatan dan pengenceran” (condensation and rarefaction.
Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air,
tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka
yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi
seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan
bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.
b. Tentang Alam Semesta
Pembentukan alam semesta menurut
Anaximenes adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk
air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar,
luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara
sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang,
dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit
tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan
basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang
jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu
malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari
bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan
fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
c. Tentang Jiwa
Jiwa manusia dipandang sebagai
kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu bernafas untuk mempertahankan
hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada
tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga
kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara
tubuh manusiawi dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama,
yakni udara. Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang
mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering
dibicarakan di dalam Filsafat Yunani.[6]
BAB II
PENUTUP
Jauh sebelum manusia menemukan dan
menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang
berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti
akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati. Kalau ilmu diibiratkan
sebagai sebuah pohon yang memiliki berbagai cabang pemikiran, ranting pemahaman,
serta buah solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon tersebut
berpijak dan tumbuh.
Metode filsafat adalah metode
bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Sedang objek
materinya ialah semua yang ada yang bagi manusia perlu dipertanyakan
hakikatnya. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada
sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Dalam perkembanganya, filsafat
Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus
berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas
terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai
penguasa ketika itu. Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang peristiwa unik
dan ajaib. Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah
filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu Filsafat Klasik, Abad
Pertengahan, Modern dan Kontemporer. Di era filsafat klasik, pemikiran filsafat
dibagi menjadi dua zaman yakni: pra-socrates dan zaman keemasan.
Oleh kaena itu pentingnya filsafat dalam kehidupan
manusia bertujuan untuk mengembalikan nilai luhur suatu ilmu agar tidak menjadi
boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
.
Disusun Oleh :
1.
INDRA KURNIAWAN 26.10.3.4.025
2.
INDRA LUSIANA 26.10.3.4.026
3.
IWAN KAMALUDIN 26.10.3.4.027
4.
JUNI PRAVITA SARI 26.10.3.4.028
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH NON REGULER
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2010
Langganan:
Postingan (Atom)